(Carol Tauris)
Agama adalah sejarah laki-laki. Karenanya, penafsiran serta pemahaman teks-teks suci agama lebih banyak didominasi oleh mereka. Tak heran jika produk-produk keagamaan lebih mengedepankan peran laki-laki dan cenderung meminggirkan peran perempuan. Fenomena ini ditandi oleh kenyataan bahwa kaum laki-laki memperoleh berbagai peran strategis dalam masyarakat, sementara perempuan dibatasi hanya pada peran domestik dan privat.
Dengan dalih-dalih agama, hak-hak publik perempuan "dirampas", tak terkecuali hak kepemimpinan politik. Banyak perempuan yang terjegal dari ranah ini haya karena alasan gender, padahal ia memiliki kapabilitas dan dukungan obyektif dari masyarakat. Sebaliknya, laki-laki dianggap lebih "berhak" menjadi pemimpin politik daripada perempuan, dengan legimitimasi dalil agama yang dipahami secara tekstual dan parsial. Agama yang bersemangat kesetaraan, keadilan, dan pembebasan-karena kepentingan dan oleh kelompok tertentu-telah digunakan sebagai alat "perampas" dan "penindas" hak-hak politik perempuan.
Dalam buku ini, Muhammad Anas Qasim Ja'far menyajikan analisis yang mencengangkan tentang hak-hak politik perempuan menurut Islam. Ia berusaha "mengembalikan" hak-hak politik perempuan dengan "meluruskan" penafsiran dan pemahaman terhadap teks-eks suci agama.
Rp 40.000 | |
Beli Sekarang | |
Tersedia | |
Berat (gram) | 700 |
INFO BUKU
Judul: Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan
Penulis: Muhammad Anas Qasim Ja'far
Penerbit: Azan
Edisi: 2001
Halaman: 165
Ukuran: 13.6 x 19.2 cm
Sampul: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Kondisi: Buku Bekas Koleksi Pribadi
Lokasi: 305/Jaf/m